Pare dianggap oleh sebagian orang sebagai makanan pembuka selera karena rasanya yang sedikit pahit tersebut. Pare dikenal dengan nama mamordica charantia, dinegara barat dikenal sebagai bitter melon. Di Indonesia pare biasa diolah menjadi sayuran dengan dicampur dengan bahan lainnya. Pare juga biasa dimasukkan ke dalam siomay. Pare kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga sebagai sumber karotenoid.
Di dalam pengobatan tradisional china, pare memiliki khasiat merangsang nafsu makan, bisa mengobati penyakit gastro intestinal juga menurunkan kadar gula darah. Selain itu pare juga bermanfaat untuk pengobatan malaria, asma, diabetes, sakit perut, luka digigit serangga, serta menormalkan siklus menstruasi.
Pare bermacam-macam jenisnya. Ada pare gendut dan bongsor, warnanya hijau muda atau cenderung pucat, bintil-bintilnya besar-besar. Kalau dimasak, rasanya tidak terlalu pahit. Yang ini adalah pare gajih. Pare yang bulat pendek berwarna hijau gelap, rasanya sangat pahit, bentuknya mirip kodok jongkok, dinamai pare kodok. Ada satu lagi yang populer, pare hutan atau pare liar, buahnya bulat panjang tapi kecil-kecil, rasanya pahit betul.
Para peneliti menemukan adanya zat luar biasa dalam buah pare yaitu senyawa anti HIV/AIDS. Mereka menyebutnya zat alphamomorchorin, beta-momorchorin, dan MAP 30 (momordica antiviral protein 30). Zat ini terutama banyak terdapat dalam biji pare tua. Pada saat ini bubuk biji pare pahit yang dikemas dalam kapsul telah dipasarkan dan mudah diperoleh di Amerika Serikat. Senyawa tersebut ternyata mampu menahan laju perkembangan virus HIV/AIDS. Berkat terapi pare, para pengidap HIV/AIDS di Amerika dan Thailand tampak lebih sehat dan berat badannya meningkat.
Meskipun telah banyak diketahui kehebatan ekstrak dan tepung biji pare, dan telah dinyatakan memiliki toksisitas klinis yang sangat rendah, namun orang tetap perlu berhati-hati. Efek samping jika mengkonsumsi secara terus menerus bagi pria bisa mematikan sperma hingga tak ada sperma sama sekali, mengakibatkan impoten, merusak buah pelir dan produksi hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver. Begitu juga dengan wanita hamil sebaiknya membatasi konsumsi pare. Pada percobaan terhadap tikus bunting, pemberian jus pare mengakibatkan keguguran.
Selain kegunaan diatas pare juga berguna bagi penderita diabetes, pare dipercaya mampu mengendalikan kadar gula darah. Dalam pare ditemukan zat menyerupai solfonilurea, senyawa ini merangsang sel beta kalenjar pankreas memproduksi hormon insulin lebih banyak dan meningkatkan simpanan cadangan gula darah di dalam hati sehingga gula yang beredar dalam darah dapat diantisipasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar